This site uses cookies.
Some of these cookies are essential to the operation of the site,
while others help to improve your experience by providing insights into how the site is being used.
For more information, please see the ProZ.com privacy policy.
This person has a SecurePRO™ card. Because this person is not a ProZ.com Plus subscriber, to view his or her SecurePRO™ card you must be a ProZ.com Business member or Plus subscriber.
Affiliations
This person is not affiliated with any business or Blue Board record at ProZ.com.
Source text - English Blood has a characteristic and unique composition. It is a fluid connective tissue with a matrix called plasma. Because these proteins are in solution, plasma is slightly denser than water.
Formed elements are blood cells and cell fragments that are suspended in plasma. Three types of formed elements exist: (1) red blood cells, (2) white blood cells, and (3) platelets. Red blood cells (RBCs), or erythrocytes, are the most abundant blood cells. These specialized cells are essential for the transport of oxygen in the blood. The less numerous white blood cells (WBCs), or leukocytes, are cells involved with the body’s defense mechanisms. Platelets are small, membrane-bound packets of cytoplasm that contain enzymes and other substances important to the process of blood clotting.
Together, the plasma and formed elements constitute whole blood. These components can be fractionated, or separated, for analytical or clinical purpose. Whole blood from any source-venous blood, blood from peripheral capillaries, or arterial blood-has the same basic physical characteristic:
Temperature. Blood temperature is roughly 38oC (100.4 F), slightly above normal body temperature.
Viscosity. Blood is five times as viscous as water-that is, more cohesive, and resistant to flow than water. The high viscosity results from interactions among dissolved proteins, formed elements, and surrounding water molecules in plasma.
pH. Blood is slightly alkaline, with a pH between 7.35 and 7.45, averaging 7.4.
Translation - Indonesian Darah memiliki karakteristik dan komposisi yang unik. Antara lain, jaringan penghubung dengan matriks, berbentuk cairan yang disebut plasma. Berhubung protein-protein ini berada dalam cairan plasma, maka plasma sedikit lebih kental daripada air.
Elemen-elemen pembentuk adalah sel-sel darah dan fragmen-fragmen sel yang tersuspensi dalam plasma. Terdapat tiga jenis elemen-elemen pembentuk: (1) sel darah merah, (2) sel darah putih, dan (3) platelet. Sel darah merah, atau eritrosit, adalah sel darah dengan jumlah paling banyak. Sel-sel ini bertugas mengangkut oksigen dalam darah. Sel darah putih yang jumlahnya lebih sedikit, atau disebut leukosit, adalah sel yang terlibat dalam mekanisme pertahanan tubuh. Platelet berukuran kecil, merupakan kumpulan sitoplasma terikat membran yang mengandung enzim-enzim dan senyawa-senyawa lain yang penting untuk proses penggumpalan darah.
Bersama-sama, plasma dan elemen-elemen pembentuk membentuk darah secara keseluruhan. Komponen-komponen ini dapat dipecah atau dipisahkan untuk kebutuhan analisis atau klinis. Seluruh darah dari berbagai sumber -darah vena (darah dari kapiler perifer) atau darah arteri- memiliki sifat fisik dasar yang sama.
Suhu. Suhu darah berada sekitar 38oC (100,4 F), sedikit di atas suhu tubuh normal.
Kekentalan. Darah lima kali lebih kental dari air, lebih kohesif, dan lebih tahan terhadap aliran daripada air. Kekentalan yang tinggi dihasilkan dari interaksi antara protein terlarut, elemen-elemen pembentuk, dan molekul air dalam plasma.
pH. pH darah sedikit basa, dengan rentang antara 7,35 dan 7,45; rata-rata 7,4.
English to Indonesian: Eating Disorder
Source text - English Eating disorders are psychological problems that result in either inadequate or excessive food consumption. The most common conditions are anorexia nervosa, characterized by self-induced starvation, and bulimia, characterized by feeding binges followed by vomiting, laxative use, or both. Adolescent females account for most cases of anorexia nervosa and bulimia. Males account for only 5-10 percent of anorexia or bulimia cases. A common thread in the two conditions is an obsessive concern about food and body weight.
According to current estimates, the incidence of anorexia nervosa in the United States ranges from 0.4 to 1.5 per 100,000 populations. The incidence among Caucasian women age 12-18 is estimated to be 1 percent. A typical person with this condition is an adolescent Caucasian woman whose weight is roughly 30 percent below normal level. Although underweight, she is convinced that she is too fat, so she refuse to eat normal amounts of food.
The psychological factors responsible for anorexia are complex. Young woman with this condition tend to be high achievers who are attempting to reach an “ideal” weight that will be envied and admired and thereby provide a sense of security and accomplishment. The factors thus tend to be a combination of their view of society (“thin is desirable and demanded”) their view to themselves (“I am not yet thin enough”) and a desire to be able to control their fate (“I can decide how to eat”). Female models, figure skaters, gymnasts, and theater and arts majors of any age may feel forced to drop weight to remain competitive. The few male anorexics diagnosed typically face comparable stresses. They tend to be athletes, such as jockeys or wrestlers, who need to maintain a minimal weight to succeed in their career.
Translation - Indonesian Gangguan pola makan merupakan masalah psikologi yang mengakibatkan kekurangan atau kelebihan konsumsi makanan. Kondisi paling umum yang terjadi adalah anoreksia nervosa, ditandai dengan kondisi lapar yang disengaja (melaparkan diri sendiri), dan bulimia, ditandai dengan konsumsi makanan yang berlebih diikuti dengan memuntahkan kembali makanan, penggunaan pencahar, atau keduanya. Sebagian besar kasus anoreksia nervosa dan bulimia terjadi pada remaja putri. Pada pria hanya 5-10 persen dari kasus-kasus anoreksia atau bulimia. Penanganan untuk dua kondisi ini adalah kesadaran seseorang akan makanan yang dikonsumsi dan berat badan.
Pada saat ini, kasus anoreksia nervosa di Amerika Serikat berkisar antara 0,4-1,5 per 100.000 populasi penduduk. Kasus pada wanita ras Kaukasian usia 12-18 diprediksi sekitar 1%. Tipe individu yang biasa terkena kasus ini adalah remaja perempuan ras Kaukasian dengan berat badan 30% di bawah berat badan normalnya. Walaupun memiliki berat badan di bawah normal, para remaja tersebut merasa dirinya terlalu gemuk, sehingga menolak untuk makan dengan porsi yang seharusnya.
Faktor fisiologi yang terlibat dalam kasus anoreksia cukup kompleks. Wanita muda dengan kondisi ini akan melakukan apa saja untuk mencapai berat badan ‘ideal’ yang akan dikagumi dan membuat orang lain iri, sehingga dapat menciptakan rasa nyaman dan merupakan suatu prestasi bagi dirinya. Faktor-faktor tersebut cenderung menjadi pandangan mereka terhadap masyarakat (“kurus adalah sesuatu yang mengagumkan dan diharuskan”), pandangan mereka terhadap diri sendiri (“Saya belum cukup kurus”) dan hasrat untuk mengontrol kebiasaan mereka (“Saya yang memutuskan kapan akan makan”). Model-model wanita, para skater, pesenam, dan pemain teater serta pekerja seni dengan berbagai kategori usia merasa diharuskan untuk menurunkan berat badan agar bisa tetap bertahan dalam kompetisi. Beberapa pria penderita anoreksia didiagnosa mengalami tekanan serupa. Mereka cenderung berasal dari kalangan atlet, seperti jockey dan pegulat, yang merasa perlu mencapai berat badan minimal untuk sukses dalam perjalanan karir mereka.
More
Less
Experience
Years of experience: 22. Registered at ProZ.com: Oct 2007.